Umumnya kawanan burung itu hanya tinggal sementara.
Mereka menuju Neverland sejak tempat tinggalnya dilanda angin dingin. Dan lalu
kemudian melanjutkan perjalanannya kembali, saat tempat yang dituju telah
menjadi hangat. Namun tak semuanya pergi, beberapanya memilih untuk tetap
tinggal, karena mereka kadung mencintai Neverland.
Musim dingin tahun ini ada lebih banyak kawanan burung
yang datang ke Neverland dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu tentunya
membuat penduduk asli Neverland yang semuanya wanita sangat sibuk melayani
tamu-tamu mereka pada musim dingin kali ini.
Dari semua penginapan yang ada, motel mawar menjadi yang
paling favorit. Selain tempatnya yang bersih dan wangi, serta hawanya yang lebih hangat dari
pada yang lain, juga karena pemiliknya. Si cantik dewi angsa yang ramah.
Banyak burung yang singgah di Neverland menaruh hati
padanya. Tak pandang muda atau tua.
Dan di antara mereka, jenaka adalah yang paling ekstrem
mencintainya. Hampir seluruh yang tinggal di Neverland tahu bagaimana si burung
kacer muda ini begitu menyukai dewi angsa. Ketika satu per satu kawanannya
mulai pergi meninggalkan Neverland, ia memilih tetap di sana. Bersama 20 ekor
burung jenisnya yang lain.
Dewi angsa tahu apa yang dirasakan Jenaka padanya, pun
dirinya tahu apa yang dirasakannya pada Jenaka. Rasa tak biasa yang ia masih
tak yakin itu apa.
Dalam sebuah pesta jelang perpisahan di Neverland, Jenaka
menghampiri dewi angsa.
“Hai Dewi. Teman-temanku yang tersisa besok akan pergi
meninggalkan Neverland. Sementara aku ingin tetap tinggal.” Ujar Jenaka.
“Tinggallah kalau begitu.” Kata dewi angsa senang.
“Tapi aku harus meninggalkan cap di tubuhmu, agar
kawananku tahu maksud dan tujuanku untuk tinggal. Kalau tidak, mereka akan menganggapku kurang ajar.”
“Tidak. Tidak. Aku tak mau.” Jawab dewi angsa.
“Tapi kenapa?.” Tanya Jenaka.
“Pokoknya tidak.” Jawab dewi angsa singkat. Lalu pergi,
beramah tamah dengan tamu motelnya yang lain. Mengabaikan Jenaka. Sementara
Jenaka hanya terdiam, tampak kesedihan di raut mukanya.
*
Hari semakin malam, keriuhan pesta berangsur mereda tak
seramai sebelumnya. Suasana motel mawar
berserakan sampah. Sebagian besar kawanan burung dari berbagai jenis telah
pergi meninggalkan Neverland. Hanya beberapa saja yang tersisa.
Dewi angsa berkeliling penginapannya. Ia tampak mencari
sesuatu, atau seseburung.
“Apa yang kau cari dewi?.” Tanya adiknya, si putri angsa.
“Hmm, apakah kau melihat Jenaka?.”
“Iya.” Jawab putri angsa.
“Dimana dia?.”
“Sudah pergi, tadi saat pesta sedang ramai-ramainya. Ia
pergi bersama 20 ekor temannya yang lain, juga burung-burung lainnya.”
“Oowwhh.” Dewi angsa tampak sedih.
“Ia menitip pesan untukmu.” Kata putri angsa.
“Apa?.” Dewi angsa antusias.
“Selamat tinggal
katanya.” Ujar putri angsa.
“Oowwhh.” Dewi angsa kembali sedih.
“Tampaknya dia tak akan pernah kembali lagi ke Neverland.”
Putri angsa mengingatkan.
“Dia pasti akan kembali. Bukankah seperti itu siklusnya?.
Akan selalu ada musim dingin, dan akan selalu ada Neverland.”
“Iya. Di bumi. Tapi bagaimana jika ia pergi ke mars.
Bukankah di mars selalu hangat?.”
“Tidak. Aku yakin ia akan kembali.” Dewi angsa coba
meyakinkan putri angsa.
“Dan jika ia kembali nanti, apakah kau mau menerima
capnya di tubuhmu?.” Tanya putri angsa ingin tahu.
“Mungkin saja.” Jawab dewi angsa bimbang.
"Memang apa susahnya sekedar menerima cap darinya? Apakah karena dengan menerimanya, kamu takut untuk mengakui bahwa kamu mencintainya?. Kamu, sang dewi angsa telah menyerah? Mengaku kalah?."
"Bukan karena itu."
"Lantas apa?."
"Entahlah." Dewi angsa enggan mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya sudah berada di ujung lidahnya.
"Apakah kamu berharap ia kembali?"
"Iyaa. Tentu saja."
“Semoga saja kalau begitu.” Putri angsa
menutup percakapan. Lalu membersihkan sampah yang berserakan sembari membangunkan
sejumlah burung yang tertidur di tengah pesta.
-FIN-
Inspired by: Dan - Sheila on 7
-FIN-
Inspired by: Dan - Sheila on 7